IMPLEMENTASI TEORI PENGATURAN DIRI (REGULASI DIRI)

IMPLEMENTASI TEORI PENGATURAN DIRI (REGULASI DIRI) PADA SUDUT PANDANG PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK


1.    HAKIKAT TEORI PENGATURAN DIRI (REGULASI DIRI)

Pengaturan diri adalah menangani emosi sehingga berdampak positif pada pelaksanaan tugas untuk mencapai sebuah tujuan. Pada saat anak mulai mengenal yang namanya pembelajaran, seharusnya anak menjadi semakin mampu mengurus diri seiring dewasanya mereka. Regulasi diri atau pengaturan diri dapat meningkatkan fleksibilitas dan kemampuan adaptasi dan perilaku manusia, memungkinkan seseorang untuk dapat menyesuaikan tindakan mereka dengan tuntunan sosial.

Berbagai definisi dari teori Pengaturan diri dikemukakan oleh beberapa para ahli. Menurut Bandura (dalam Singgih, 2006) Regulasi diri merupakan individu untuk mempertahankan komitmennya terhadap suatu tujuan selama periode waktu tertentu, kususnya pada saat tidak adanya insentif yang berasal dari luar diri. Faktor yang turut mempengaruhi pembentukan regulasi diri adalah faktor umpan balik (adequate feedback) dan faktor perasaan mampu (self efficacy).

Semakin individu memiliki umpan balik yang bersifat membangun serta disampaikan dengan cara yang baik dan semakin individu memiliki keyakinan akan kemampuan dirinya, maka semakin individu mampu dalam mempertahankan komitmennya terhadap suatu tujuan selama periode waktu tertentu. Kemampuan individu mempertahankan komitmennya terhadap suatu tujuan yang bersifat jangka panjang dapat dinyatakan sebagai tingkat regulasi diri yang baik pada diri individu.

Teori Pengendalian Diri mempunyai dua makna yang dipakai secara berbeda. yang pertama Pengendalian Diri digunakan sebagai makna individual, sebagai dorongan dan kegiatan individu untuk mengelola pembelajarannya sendiri. Yang kedua Pengendalian Diri digunakan oleh sebagian guru/dosen sebagai model pembelajaran. Dibawah implementasi dari sudut pendidikan dan peserta didik.

 

2.    BELAJAR BERDASARKAN REGULASI DIRI

            Belajar berdasarkan regulasi diri adalah usaha motivatif dan strategik siswa untuk mencapai tujuan khusus, yang bersifat fungsional, personal, dan independen atau lebih spesifik lagi yaitu pencarian ilmu pengetahuan dan pemecahan masalah yang strategik yang dinilai sebagai proses berpikir kritis atau pemikiran yang sungguh-sungguh.

            Belajar berdasar regulasi diri mengacu kepada menghasilkan pemikiran sendiri, perasaan, dan tindakan yang terencana dan dengan secara siklus diadaptasikan dengan pencapaian tujuan personal. Belajar berdasar regulasi diri adalah suatu proses yang aktif dan konstruktif dimana individu menetapkan tujuan belajar dan kemudian berusaha untuk memantau, mengatur, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan perilaku, dibimbing dan dibatasi oleh tujuan, dan fitur kontekstual dalam lingkungan.

            Implikasi dari teori ini, agar kemampuan regulasi diri pada individu berkembang, maka mereka harus diizinkan untuk bekerja menurut konteksnya dimana berdasarkan tujuan pembelajaranna, mereka menciptakan episode belajarnya (learning episode), yaitu suatu situasi dimana seseorang diundang, dibimbing, atau diyakinkan untuk menunjukkan tingkah laku konteks spesifik dan menentukan tujuan belajar yang terarah.

            Belajar berdasar regulasi diri mengacu kepada proses mengarahkan diri dan keyakinan diri yang memungkinkan individu mentransformasi kemampuan berpikir mereka, seperti bakat verbal, menjadi ketrampilan performa akademik , seperti menulis.

3.    IMPLEMENTASI DARI SUDUT PENDIDIKAN DAN PESERTA DIDIK

GURU (PENDIDIK)

Teori Pengendalian Diri dalam implementasi siswa sangatlah berperan. Regulasi diri pada anak selama di sekolah dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar tempat sekolah, salah satunya yaitu pengelolaan kelas. Dosen berperan dalam mengelola kelas, sehingga terbentuk perilaku belajar siswa selama di kelas. Pengelolaan kelas yang baik adalah pengelolan kelas yang meliputi tiga indikator yaitu : 1. kemampuan dalam melibatkan siswa, 2. kemampuan dalam mengatasi gangguan di kelas, 3. kemampuan dalam mengelola waktu secara efisien.

Kemampuan melibatkan siswa secara aktif yaitu Guru berperan dalam melibatkan siswa, karena dalam regulasi diri guru dapat berperan sebagai faktor eksternal, guru memberikan standard perilaku ketika melibatkan siswa untuk mengerjakan tugas dan memperhatikan siswa yang kurang memperhatikan atau siswa yang lambat dalam merespon tugas. setiap guru berusaha untuk melibatkan siswa untuk aktif selama di kelas.

Kemampuan mengatasi gangguan di kelas. Guru berusaha untuk membuat suasana kelas tidak membosankan dan membangun nalar siswa, seperti proses tanya jawab dan diskusi. Jika terdapat siswa yang daya pahamnya lemah, maka guru akan menunjukknya dan menanyakannya apaka sudah mengerti tentang pembelajaran yang disampaikan.

Kemampuan dalam penggunaan waktu belajar yang efisien. Semua siswa dan guru berusaha untuk menggunakan waktu belajar secara efisien. Guru biasanya memberikan waktu untuk mempersiapkan presentasi dan mengerjakan latihan soal. Jika ada yang terlambat mengerjakan tugas atau tidak mengerjakan tugas yang diberi, maka guru pun bertindak untuk mengatasi masalah yang dialami oleh siswanya karena tidak mengerjakan tugas.

Jika dirasa ada perbuatan yang kurang terpuji , dosen akan memberikan pengarahan yang sesuai.

SISWA (PESERTA DIDIK)

            Salah satu tuntunan belajar di perguruan tinggi adalah mahasiswa dapat menjadi pembelajar mandiri (independent learners). Belajar mandiri ini secara umum merujuk kepada jenis pembelajaran dimana mahasiswa mengambil tanggung jawab mengarahkan dan meregulasi proses belajar mereka sendiri.

            Kemampuan untuk meregulasi diri sangat penting untuk pemelajar pada level manapun, khususnya pada tingkat perguruan tinggi. Ini disebabkan karena mahasiswa harus berkonfrontasi dengan banyaknya materi yang harus dikuasai dan banyaknya tugas yang harus dikerjakan dalam waktu yang terbatas. Lebih detail digambarkan kecemasan tertinggi yang mungkin dihadapi oleh mahasiswa disebabkan oleh besarnya tantangan yang harus mereka hadapi seperti banyaknya informasi yang mereka harus kuasai dan banyaknya makalah yang harus mereka tulis, melakukan presentasi, mempersiapkan diri dalam ujian dan di samping itu mereka juga dituntut harus tetap memelihara hubungan sosial yang baik.

Teori Pengendalian Diri pada hakikatnya menjadikan sebuah konsep dalam pembelajaran. pada kelas Pendidikan Bahasa Inggris, berdasarkan pengamatan saya sebagai salah satu siswa di jurusan ini, teori ini mengutarakan pada perkembangan siswa. Dimana para dosen tidak terlalu mengajarkan tentang teori ini, karena dilihat dari umur siswa yang sudah matang dalam kegiatan belajar seperti yang saya paparkan di atas, tetapi dosen lebih memperhatikan sikap dari siswa dengan melihat hasil pembelajaran mereka.

Siswa yang tidak menonjol dengan salah satu pembelajaran pasti membuat siswa tersebut introspeksi diri. Mereka berpikir mengapa dia mendapatkan nilai yang tidak memuaskan atau tidak sesuai. Dari hal itulah, terbuka pemikiran siswa untuk membenahinya ataupun membiarkannya Jika siswa tersebut mempunyai tekad dan keuletan, pasti hasil belajarnya akan mengalami peningkatan. Ataupun sebaliknya, jika tidak dari diri mereka maka perubahan tidak memengaruhi.

Kesimpulannya, teori Pengendalian Diri sangat bergantung pada seseorang yang mengalaminya. Baik dalam sudut akademik, ataupun kehidupan. Setiap insan akan mengalami pengendalian diri.

Referensi

Khusnul Ashar, Tahun 212 Jumlah Mahasiswa S1 FEB UB yang Drop Out Sebanyak 70 Orang, Diakses dari http://feb.ub.ac.id /tahun-2012-jumlah-mahasiswa-s1-feb-ub-yang-di-drop-sebanyak-70-orang.html.

https://www.universitaspsikologi.com/2018/09/pengertian-regulasi-diri-aspek-aspek.html?m=1 diakses pada 21 Mei 2020, 19:45

Investigating self-regulation and motivation: Historical background, ethodogical developments and future prospects.American Eduucational Research Journal, Vol,45,No. 1,2008

 

 

 


Komentar